Pada 1934, Sermo terbagi atas Sermo Kulon dan Sermo Wetan. Wilayah tersebut di sebelah baratnya dikelilingi oleh tiga gunung besar yaitu Gunung Jatisawit, Gunung Jatiwayang, dan Gunung Kendil. Jalan raya menuju Sermo adalah di Desa Wungkalan yang menjadi pertemuan dari jalur Pengasih-Kalisepat dan jalur dari Kokap melalui Desa Sumberagung. Bangunan gudang kopi juga tidak lagi tampak dalam peta 1934. Berbeda dengan itu, di Kokap pada 1934 justru terdapat sekolah zending di pusat Desa Kokap (Topografischen dienst in 1933-1934).
Walaupun Kokap lebih jauh dari pusat distrik di Pengasih, dibandingkan dengan Desa Sermo, namun pada periode tersebut hubungan sosial perekonomian Sermo dengan Pengasih mulai melemah setelah ibu kota Kabupaten Kulon Progo dipindahkan ke Sentolo. Hal ini menyebabkan desa-desa baru seperti Pripih dan Kedundang pada awal abad ke-20 lebih cepat berkembang dibandingkan dari Desa Sermo. Dapat diketahui bahwa mulai 1912, Desa Pripih dikenal sebagai pusat perekonomian penting di ujung selatan Kokap. Di Pripih jug terdapat warung candu pada 1912 yang menunjukkan adanya pengusaha Tionghoa dengan segala aktivitas perekonomiannya (Contract uit het Register der Besluiten van den Resident von Jogjakarta No. 11546/34).
Sejak 1944, Desa Kokap menjadi pusat Kapanewonan Kokap yang pada 1974 menjadi Kecamatan Kokap (Ensiklopedia Budaya Kabupaten Kulon Progo 2015:22). Beberapa nama kelurahan baru hasil dari gabungan beberapa kelurahan lama juga hadir sejak periode penggabungan, yaitu Hargorejo (Krijan, Penggung, dan Kokap). Hargomulyo (Banjaran, Pripih, dan Sawon), Kalirejo (Kalibuko), Hargotirto (Pantaran), dan Hargowilis (Girisermo dan Kalibiru). Untuk transportasi menuju daerah di selatan Kokap masih dapat ditempuh memakai dokar dan gerobak, namun tidak semua wilayah di Pegunungan Kokap dapat dilalui oleh dua jenis alat transportasi tersebut. Disebutkan bahwa sampai 1950-an, jika ingin pergi ke Kokap dari Bendungan harus menitipkan sepedanya di Kliripan dan diteruskan dengan jalan kaki. Walaupun begitu, kendaraan seperti jeep, truk kecil, dan colt penumpang sudah dapat sampai Kokap setelah tahun 1951.'
Pada 1970, 'Colt Famili' telah sampai di Kokap dari pangkalan calt depan stasiun Wates melalui Gemulung. Angkutan tersebut dimiliki oleh juragan kain di Gendingan Wates. Pada 1985 juga terdapat minibus (engkel) seperti 'Saputra', 'Wiyono Putro", dan lainnya yang sampai di Kokap. Beberapa bus agak besar yang memiliki trayek sampai Kokap setelah tahun 1983 adalah Menoreh, Tirtomulyo, dan Kukuh."
Sumber:
- Artikel (Buku Desa Mawa Carita - Buku yang ditulis oleh Dr. Ahmad Athoillah, M.A)