You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.
Loading...
Logo Kalurahan HARGOWILIS
Kalurahan HARGOWILIS

Kap. Kokap, Kab. Kulon Progo, Provinsi DI Yogyakarta

SELAMAT DATANG DI WEBSITE KALURAHAN HARGOWILIS

Perang Jawa dan Pusat Distrik di Sermo

Admin Hargowilis 30 Desember 2022 Dibaca 1.359 Kali
Perang Jawa dan Pusat Distrik di Sermo

"Sangat khawatir hati sang Raja, tidak mau bicara karena sangat sedihnya ditinggal pamannya, karena terburu malam lalu istirahat di Sermo" (Babad Dipangegara, pupuh XXXVII Asmaradana No. 103).

 

Ketika Perang Jawa wilayah Sermo digunakan sebagai pos oleh Pangeran Diponegoro. Beberapa desa lain yang juga diguakan sebagai pos strategis yaitu Desa Tangkisan dan Sidowayah. Pos utama Pangeran Diponegoro yang paling utama adalah di Desa Tangkisan, namun Pangeran Diponegoro pernah beristirahat semalam di Sermo, tepatnya di pinggiran sungai. Peristiwa itu terjadi tepat pada malam hari tanggal 21 September 1829, setelah wafatm Pangeran Behi Joyokusumo II beserta kedua putranya di Senger (Dipanegara 2016:564-7; Carey 2012:1074).

Pasca Perang Jawa, wilayah di sekitar Sermo kemudian dijadikan perkebunan kopi. Di pusat Desa Sermo terdapat sentra pengumpulan kopi tertua dan pertama kali di Kulon Progo. Wilsen (1861) menyebut sentra pengepul kopi itu dengan istilah Koffi Pakhuis. Selain itu, pada 1861 Desa Sermo telah menjadi pusat pemerintahan 'Distrik Sermo' yang berada di bawah otoritas wilayah Kabupaten Nanggulan (Wilsen 1861). Berdasarkan Staatblads 1872 No 43 dan 209 disebutkan bahwa Distrik Sermo memiliki jumlah desa terbanyak di Kabupaten Nanggulan yaitu mencapai 52 desa (Regerings-Almanak I 1884:82-3).

Sebagai daerah di atas pegunungan, jalur menuju Sermo pada 1861 hanya dapat ditempuh dengan kuda dan jalan kaki melalui kokap dari sisi barat dan melalui Secang (Pengasih). Jalur dari Kokap dapat ditempuh dengan gerobak, namun jika dari arah timur hanya dapat dilalui dengan jalan kaki serta menunggang kuda (Wilsen, 1861). Sulitnya medan dan luasnya wilayah menyebabkan masalah kontrol keamanan di Distrik Sermo kurang begitu memadai sehingga sering terjadi peristiwa kriminal. Salah satunya adalah perampokan pada Mbok Djalat oleh dua orang lelaki di dekat hutan Desa Sermo pada 25 juli 1879 (Soerabaiasch-Handelsblads, 1 Agusuts 1879).

Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa keadaan sosial masyarakat di wilayah sekitar Sermo, mirip dengan desa-desa umumnya di Kalibawang dan Nanggulan yang lemah dalam kontrol keamanan. Menjelang akhir abad ke-19, kondisi keamanan di wilayah Pegunungan Kelir termasuk Kokap dan Sermo sangat rawan dengan gerakan-gerakan pengacau keamanan. Salah satunya adalah gerakan Kerusuhan Kertoito (gégére Kertoito) yang melegenda. Mereka bergerak dari Gunung Jeruk dengan membawa bendera dan panji 'Mirang Campur Jinggo'?

Pada awal abad ke-20, populasi penduduk wilayah Sermo pada tahun 1920 mencapai 12.926 jiwa, sedangkan di Onderdistrik Kokap mencapai 12.418 jiwa (Gegevens over Djokjakarta 1925). Pada tahun 1920, wilayah yang kemudian disebut sebagai Kapanewonan Kokap hanya terdiri dari dua Onderdistrik yaitu Kokap dan Sermo. Dalam perkembangannya, posisi pusat Onderdistrik Kokap secara perlahan menjadi semakin penting, terutama pada pemerintahan dan pendidikan. Oleh karena itu, kemudian secara perlahan Kokap mulai menggeser peran Desa Sermo yang telah muncul sejak abad ke-19. Walaupun begitu, jika dirunut dari sumber lain, sebenarnya Desa Kokap masih menjadi bagian wilayah dari Onderdistrik Sermo yang membawahi 31 kelurahan, namun penduduknya secara jumlah sudah hampir sama (Rijksblad van Djokjakarta 1927 No. 9).

 

Sumber: 

- Gambar (idntimes.com)

- Artikel (Buku Desa Mawa Carita - Buku yang ditulis oleh Dr. Ahmad Athoillah, M.A)

Beri Komentar
Komentar baru terbit setelah disetujui oleh admin
CAPTCHA Image